Sabtu, 09 Mei 2009

KESULITAN BELAJAR

Definisi Kesulitan belajar
Setiap siswa pada prinsipnya tentu hendak memperoleh peluang untuk mencapai kinerja akademik (academic performance) yang memuaskn. Namun dari kenyataan sehari-hari tampak jelas bahwa siswa itu memiliki perbedaan dalam hal kemampuan intelektual, kemampuan fisik, latar belakang keluarga, kebiasaan dan pendekatan belajar yang terkadang sangat mencolok antara seorang siswa dengan siswa lainnya.
Sementara itu, penyelengaraan pendidikan di sekolah-sekolah kita pada umumnya hanya ditujukan kepada para siswa yang berkemampuan rata-rata, sehingga siswa yang berkemampuan lebih atau yang berkemampuan kurang terabaikan. Dengan demikian, siswa yang berkategori “di luar rata-rata” itu (sangat pintar dan sangat bodoh) tidak mendapat kesempatan yang memaai untuk berkembang sesuai dengan kapasitasnya. Dari sini kemudian timbullah apa yang disebut kesulitan belajar (learning difficult) yang tidak hanya menimpa siswa berkemampuan rendah saja, tetapi juga dialami oleh siswa yang berkemampuan tinggi.
Selain itu, kesulitan belajar juga dapat dipahami oleh siswa yang berkemampuan rata-rata (normal) disebabkan oleh faktor-faktor tertentu yang menghambat tercapainya kinerja akademik yang sesuai dengan harapan.

Faktor-faktor Penyebab Kesulitan Belajar
Menurut Syah (2003) bahwa secara garis besar, faktor-faktor penyebab timbulnya kesulitan belajar terdiri dari dua macam, yakni :
1. Faktor intern siswa, yakni hal-hal atau keadaan-keadaan yang muncul dari dalam diri siswa sendiri.
Faktor intern siswa meliputi gangguan atau kekurangan psiko-fisik siswa, yaitu :
• yang bersifat ranah kognitif (ranah cipta), antara lain seperti rendahnya kapasitas intelektual/inteligensi siswa;
• yang bersifat afektif (ranah rasa), antara lain seperti labilnya emosi dan sikap;
• yang bersifat psikomotor (ranah karsa), antara lain seperti terganggunya alat-alat indra penglihatan dan pendengar (mata dan telinga).

Untuk mendapatkan gambaran faktor-faktor apa saja yang dapat menjadi penyebab kesulitan belajar anak didik, maka akan dikemukakan seperti berikut ini :
a. Inteligensi (IQ) yang kurang baik
b. Bakat yang kurang atau tidak sesuai dengan bahan pelajaran yang dipelajari atau yang diberikan oleh guru
c. Faktor emosional yang kurang stabil.
d. Aktivitas belajar yang kurang.
e. Kebiasaan belajar yang kurang baik.
f. Penyesuaian sosial yang sulit.
g. Latar belakang pengalaman yang pahit.
h. Cita-cita yang tidak relevan (tidak sesuai dengan bahan pelajaran yang dipelajari)
i. Latar belakang pendidikan yang dimasuki dengan sistem sosial dan kegiatan belajar mengajar di kelas yang kurang baik.
j. Ketahanan belajar (lama belajar) tidak sesuai dengan tuntutan waktu belajarnya.
k. Keadaan fisik yang kurang menunjang.
l. Kesehatan yang kurang baik.
m. Seks atau pernikahan yang tidak terkendali.
n. Pengetahuan dan ketrampilan dasar yang kurang memadai (kurang mendukung) atas bahan yang dipelajari.
o. Tidak ada motivasi dalam belajar.

2. Faktor ekstern siswa, yakni hal-hal atau keadaan-keadaan yang datang dari luar diri siswa.
Faktor ekstern siswa meliputi semua situasi dan kondisi lingkungan sekitar yang tidak mendukung aktivitas belajar siswa. Faktor lingkungan ini meliputi :
• Lingkungan keluarga, contohnya :
a. Kurangnya kelengkapan alat-alat belajar bagi anak di rumah, sehingga kebutuhan belajar yang diperlukan itu, tidak ada, maka kegiatan belajar anak pun terhenti untuk beberapa waktu
b. Kurangnya biaya pendidikan yang disediakan orang tua sehingga anak harus ikut memikirkan bagaimana mencari uang untuk biaya skeolah hingga tamat. Anak yang belajar sambil mencari uang biaya sekolah terpaksa belajar apa adanya dengan kadar kesulitan belajar yang bervariasi.
c. Anak tidak mempunyai ruang dan tempat belajar yang khusus di rumah.
d. Ekonomi keluarga yang terlalu lemah atau tinggi yang membuat anak berlebih-lebihan.
e. Perhatian orang tua yang tidak memadai.
f. Kebiasaan dalam keluarga yang tidak menunjang.
g. Kedudukan anak dalam keluarga yang menyedihkan.
h. Anak yang terlalu banyak membantu orang tua.

• Lingkungan perkampungan/masyarakat, contohnya : wilayah perkampungan kumuh (slum area) dan teman sepermainan (peer group) yang nakal.
• Lingkungan sekolah, contohnya : kondisi dan letak gedung sekolah yang buruk seperti dekat pasar, kondisi guru dan alat-alat belajar yang berkualitas rendah.
a. Pribadi guru yang kurang baik
b. Guru tidak berkualitas, baik dalam pengambilan metode yang digunakan ataupun dalam penguasaan mata pelajaran yang dipegangnya.
c. Hubungan guru dengan anak didik kurang harmonis.
d. Guru-guru menuntut standar pelajaran di atas kemampuan anak.
e. Guru tidak memiliki kecakapan dalam usaha mendiagnosis kesulitan belajar anak didik.
f. Cara guru mengajar yang kurang baik.
g. Alat/media yang kurang memadai.
h. Perpustakaan sekolah kurang memadai dan kurang merangsang pengunaannya oleh anak didik
i. Fasilitas fisik sekolah yang tak memenuhi syarat kesehatan dan tak terpelihara dengan baik
j. Suasana sekolah yang kurang menyenangkan.
k. Bimbingan dan penyuluhan yang tidak berfungsi.
l. Kepemimpinan dan administrasi.
m. Waktu sekolah dan disiplin yang kurang.


Selain faktor-faktor yang bersifat umum di atas, ada pula faktor-faktor lain yang juga menimbulkan kesulitan belajar siswa. Diantara faktor-faktor yang dapat dipandang sebagai faktor khusus ini ialah sindrom psikologis berupa learning disability (ketidakmampuan belajar). Sindrom (syndrome) yang berarti satuan gejala yang muncul sebagai indikator adanya keabnormalan psikis (Reber, 1988) yang menimbulkan kesulitan belajar itu sendiri atas :
1. Disleksia (dyslexia), yakni ketidakmampuan belajar membaca
2. Disgrafia (dysgraphia), yakni ketidakmampuan belajar menulis
3. Diskalkulia (dyscalculia), yakni ketidakmampuan belajar matematika

Namun, demikian, siswa yang mengalami sindrom-sindrom di atas secara umum sebenarnya memiliki potensi IQ yang normal bahkan di antaranya ada yang memiliki kecerdasan di atas rata-rata. Oleh karenanya, kesulitan belajar siswa yang menderita sindrom-sindrom tadi mungkin hanya disebabkan oleh adanya minimal brain dysfuction, yakni gangguan ringan pada otak (Lask, 1985; Reber, 1988)

Cara Mengenal Murid yang Mengalami Kesulitan Belajar
Beberapa gejala sebagai pertanda adanya kesulitan belajar. Misalnya :
a. Menunjukkan prestasi yang rendah/di bawah rata-rata yang dicapai oleh kelompok kelas.
b. Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang dilakukan. Ia berusaha dengan keras tetapi nilainya selalu rendah.
c. Lambat dalam melakukan tugas-tugas belajar. Ia selalu tertinggal dengan kawan-kawannya dalam semua hal, misalnya dalam mengerjakan soal-soal dalam menyelesaikan tugas-tugas.
d. Menunjukkan sikap yang kurang wajar, seperti : acuh tak acuh, berpura-pura, dusta dan lain-lain.
e. Menunjukkan tingkah laku yang berlainan.

Ciri-ciri anak yang cepat belajar
Anak yang tergolong cepat dalam belajar, pada umumnya dapat menyelesaikan kegiatan belajar dalam waktu yang lebih cepat dari yang diperkirakan. Mereka tidak memerlukan waktu yang lama untuk memecahkan suatu masalah karena lebih mudah menerima materi pelajaran. Dilihat dari tingkat kecerdasannya, pada umumnya anak ini memiliki tingkat kecerdasan di atas rata-rata dan banyak yang tergolong sebagai anak genius (sangat cerdas). Dalam kelompok anak-anak tersebut berada tingkat paling atas.
Karena cepatnya dalam belajar, maka golongan ini sering mengalami kesulitan dalam penyesuaian belajar pada umumnya kegiatan belajar di sekolah menggunakan ukuran rata-rata. Salah satu usaha untuk membantu mereka ialah dengan menempatkan pada kelompok khusus atau diberikan tugas-tugas tambahan.

Ciri-ciri anak yang lambat belajar
Sebaliknya dari anak yang tergolong cepat, anak golongan lambat ini lebih banyak membutuhkan waktu yang lebih lama dari waktu yang diperkirakan untuk anak-anak normal. Sebagai akibatnya, anak-anak golongan ini sering ketinggalan dalam belajar dan ini pula sebagai salah satu sebab tinggal kelas. Dilihat dari tingkat kecerdasannya pada umumnya anak golongan lambat belajar, memiliki taraf kecerdasan di bawah rata-rata. Anak golongan ini memerlukan perhatian khusus, antara lain memiliki penempatan pada kelas-kelas khusus atau pelajaran-pelajaran tambahan dalam program pengajaran remedial.

Diagnsis Kesulitan Belajar
Sebelum menetapkan alternatif pemecahan masalah kesulitan belajar siswa, guru sangat dianjurkan untuk terlebih dahulu melakukan identifikasi (upaya mengenali gejala dengan cermat) terhadap fenomena yang menunjukkan kemungkinan adanya kesulitan belajar yang melanda siswa tersebut. Upaya seperti ini disebut dengan diagnosis yang bertujuan menetapkan “jenis penyakit” yakni jenis kesulitan belajar siswa.
Dalam melakukan diagnosis diperlukan adanya prosedur yang terdiri atas langkah-langkah tertentu yang diorientasikan pada ditemukannya kesulitan belajar jenis tertentu yang dialami siswa. Prosedur seperti ini dikenal sebagai “diagnostik” kesulitan belajar.
Banyak langkah-langkah diagnostik yang dapat ditempuh guru, antara lain yang cukup terkenal adalah prosedur Weener dan Senf (1982) sebagaimana yang dikutip Wardhani (1991) sebagai berikut :
1. melakukan observasi kelas untuk melihat perilaku menyimpang siswa ketika mengikuti pelajaran
2. memeriksa penglihatan dan pendengaran siswa khususnya yang diduga mengalami kesulitan belajar
3. mewawancarai orang tua atau wali kelas untuk mengetahui hal ihwal keluarga yang mungkin menimbulkan kesulitan belajar
4. memberikan tes diagnostik bidang kecakapan tertentu untuk mengetahui hakikat kesulitan belajar yang dialami siswa
5. memberikan tes kemampuan inteligensi (IQ) khususnya kepada siswa yang diduga mengalami kesulitan belajar.

Secara umum, langkah-langkah tersebut dapat dilakukan dengan mudah oleh guru kecuali langkah ke-5 (tes IQ). Untuk keperluan tes IQ, guru dan orang tua siswa dapat berhubungan dengan klnik psikologi. Dalam hal ini, yang perlu dicatat ialah apabila siswa yang mengalami kesulitan belajar itu ber-IQ jauh di bawah normal (tuna grahita), orang tua hendaknya mengirimkan siswa tersebut ke lembaga pendidikan khusus anak-anak tuna grahita (sekolah luar biasa), karena lembaga/sekolah biasa tidak menyediakan tenaga pendidik dan kemudahan belajar khusus untuk anak-anak abnormal. Selanjutnya, para siswa yang nyata-nyata menunjukkan misbehavior berat seperti perilaku agresif yang berpotensi antisosial atau kecanduan narkotika, harus diperlakukan secara khususp ula, umpamanya dimasukkan ke lembaga pemasyarakatan anak-anak atau ke “pesantren” khusus pecandu narkotika.
Adapun untuk mengatasi kesulitan belajar siswa pengidap sindrom disleksia, disgrafia, dan diskalkulia sebagaimana yang diuraikan, guru dan orang tua sangat dianjurkan untuk memanfaatkan support teacher (guru pendukung). Guru khusus ini biasanya bertugas menangani para siswa pengidap sindrom-sindrom tadi di samping melakukan remedial teaching (pengajaran perbaikan).


Banyak alternatif yang dapat diambil guru dalam mengatasi kesulitan belajar siswanya. Akan tetapi, sebelum pilihan tertentu diambil, guru sangat diharapkan untuk terlebih dahulu melakukan beberapa langkah penting yang meliputi :
1. Analisis hasil diagnosis
Data dan informasi yang diperoleh guru melalui diagnostik kesulitan belajar tadi perlu dianalisis sedemikian rupa sehingga jenis kesulitan belajar yang dialami siswa yang berprestasi rendah itu dapat diketahui secara pasti.
Contoh : Cimo mengalami kesulitan khusus dalam memahami konsep kata polisemi. Polisemi adalah sebuah istilah yang menunjukkan kata yang memiliki dua makna atau lebih. Misalnya kata “turun” dapat dapat dipakai sebagai frase seperti turun harga, turun ranjang, turun tangan, dan seterusnya. Contoh sebaliknya, kata “naik” yang juga dapat dipakai dalam banyak frase, seperti naik daun, naik darah, naik banding dan sebagainya.

2. Menentukan kecakapan bidang bermasalah
Berdasarkan hasil analisis tadi, guru diharapkan dapat menentukan bidang kecakapan tertentu yang dianggap bermasalah dan menentukan perbaikan. Bidang-bidang kecakapan bermasalah ini dapat dikategorikan menjadi tiga macam, yaitu :
a. Bidang kecakapan bermasalah yang dapat ditangani oleh guru sendiri
b. Bidang kecakapan bermasalah yang dapat ditangani oleh guru dengan bantuan orang tua
c. Bidang kecakapan bermasalah yang tidak dapat ditangani baik oleh guru maupun orang tua.

Bidang kecakapan yang tidak dapat ditangani atau terlalu sulit untuk ditangani baik oleh guru maupun orang tua dapat bersumber dari kasus-kasus tunagrahita (lemah mental) dan kecanduan narkotika. Mereka yang termasuk dalam lingkup dua macam kasus yang bermasalah berat ini dipandang tidak berketrampilan (unskilled people). Oleh karenanya, para siswa yang mengalami kedua masalah kesulitan belajar yang berat tersebut tidak hanya memerlukan pendidikan khusus, tetapi juga memerlukan perawatan khusus.

3. Menyusun program perbaikan
Dalam hal menyusun program pengajaran perbaikan (remedial teaching), sebelumnya guru perlu menetapkan hal-hal sebagai berikut :
a. Tujuan pengajaran remedial
b. Materi pengajaran remedial
c. Metode pengajaran remedial
d. Alokasi waktu pengajaran remedial
e. Evaluasi kemajuan siswa setelah mengikuti program pengajaran remedial







Program Pengajaran Remedial
Bahasa Inggris
Nama siswa : Cimocimi
Kelas : II A2, SMA “Ayam Goreng”
Jenis kesulitan khusus : Kesulitan memahami perbagai makna kata Bahasa Inggris yang tertulits “present”
Tujuan remedial : agar Cimocimi dapat memahami kata “present” sebagai kata sifat (adjective), kata benda (noun) dan kata kerja (verb)
Materi remedial : sebuah seri kartu kata yang terdiri atas :
a. Kartu kata sifat yang terdiri atas :
o Kartu kata sifat “present” yang berarti ada, hadir, dan saat ini
o Kartu kata benda “present” yang berarti hadiah
o Kartu kata kerja “present” yang berarti menyajikan/menyampaikan secara formal
b. Sebuah seri gambar yang terdiri atas :
o Gambar yang memperagakan arti kata “present” sebagai kata sifat
o Gambar yang memperagakan arti kata “present” sebagai kata benda
o Gambar yang memperagakan arti kata “present” sebagai kata kerja
c. Tiga buah cerita pendek yang masing-masing memandang dua atau tiga kalimat yang menggunakan kata “present” yang berarti
o Ada/hadir/sekarang (adjective) seperti “The president was not present at the parliament plenary session” (Presiden itu tidak hadr pada sidang pleno parlemen) atau “Learning by doing is suitable for the present day” (Belajar sambil melakukan cocok untuk zaman sekarang”
o Hadiah (noun) seperti “Children are usually given presents on their birthdays” (Anank-anak biasanya diberi hadiah pada hari ulang tahun mereka)
o Menyajikan/menyampaikan (verb) seperti : The student is learning how to present a paper at the seminar” (Mahasiswa itu sedang belajar cara menyajikan makalah dalam seminar).

Alokasi waktu remedial : 45 menit
Evaluasi remedial :
Menggunakan instrumen tes isian yang terdiri atas kalimat-kalimat yang harus disempurnakan dengan menggunakan alternatif kata yang dipilih dari daftar kata-kata yang berkaitan dengan “present” sebagai adjective, noun dan verb.


4. Melaksanakan program perbaikan
Kapan dan di mana program pengajaran remedial yang telah dirancang itu dapat anda laksanakan ? Pada prinsipnya, program pengajaran rremedial itu lebih cepat dilaksanakan tentu saja akan lebih baik. Tempat penyelenggaraannya bisa di mana saja, asal tempat itu memungkinkan siswa klien (siswa yang memerlukan bantuan) memusatkan perhatiannya terhadap proses pengajaran perbaikan tersebut. Namun, patut dipertimbangkan oleh guru pembimbing kemungkinan digunakannya ruang Bimbingan dan Penyuluhan yang tersedia di sekolah dalam rangka mendayagunakan ruang BP tersebut.


Sebagai ringkasan mengenai langkah-langkah usaha mengatasi kesulitan belajar anak seperti diuraikan pada halaman berikut :


Pengumpulan data
(1)

Metodenya antara lain :
- Observasi
- Kunjungan rumah
- Case study
- Case history Re-checking data
- Daftar pribadi

- Meneliti tugas anak

- Meneliti tugas kelompok
- Tes dan sebagainya

Pengolahan data
(2)
Langkahnya :
- Identifikasi kasus

- Membandingkan antara kasus Re-diagnosis
- Membandingkan dengan hasil tes
- Menarik kesimpulan


Diagnosis
(3)
Mengenal :
- Jenis kesulitan Re-prognosis
- Faktor umum
- Faktor utama


Prognosis
(4)
Mengenai :
- Bentuk treatment
- Bahan/materinya
- Metode/strateginya Re-treatment
- Alat-alat bantu
- Waktu/jadwal


Treatment
(5)
Bentuknya :
- Bimbingan belajar
- Bimbingan pribadi Re-evaluasi
- Bimbingan kelompok
- Bimbingan orang tua

- Remedial teaching
Evaluasi Berhasil Gagal


(6)












LUPA

1. Lupa dalam belajar
Lupa (forgetting) ialah hilangnya kemampuan untuk menyebut atau memproduksi kembali apa-apa yang sebelumnya telah kita pelajari. Secara sederhana, Gulo (1982) dan Reber (1988) mendefinisikan lupa sebagai ketidakmampuan mengenal atau mengingat sesuatu yang pernah dipelajari atau dialami. Dengan demikian, lupa bukanlah peristiwa hilangnya item informasi dan pengetahuan dari akal kita.

2. Faktor-faktor penyebab lupa
Pertama, lupa dapat terjadi karena gangguan konflik antara item-item informasi atau materi yang ada dalam sistem memori siswa. Dalam interference theory (toeri mengenai gangguan), gangguan konflik ini terbagi menjadi dua macam, yaitu : 1) proactive interference; s) retroactive interference.
Seorang siswa yang akan mengalami gangguan proaktif apabila materi pelajaran lama yang sudah tersimpan dalam subsistem akal permanennya mengganggu masuknya materi pelajaran baru. Peristiwa ini bisa terjadi apabila ssiwa tersebut mempelajari sebuah materi pelajaran yang sangat mirip dengan meter pelajaran yang telah dikuasainya dalam tenggang waktu yang pendek. Dalam hal ini, materi yang baru saja dipelajari akan sangat sulit diingat atau diproduksi kembali.
Sebaliknya, seorang siswa akan mengalami gangguan retroaktif apabila materi pelajaran baru membawa konflik dan gangguan terhadap pemanggilan kembali materi pelajaran lama yang telah lebih dahulu tersimpan dalam subsistem akal permanen siswa tersebut. Dalam hal ini, materi pelajaran lama akan sangat sulit diingat atau diproduksi kembali. Dengan kata lain, siswa tersebut lupa akan materi pelajaran lama itu.
Kedua, lupa dapat terjadi pada seorang siswa karena adanya tekanan terhadap item yang telah ada, baik sengaja ataupun tidak. Penekanan ini terjadi karena beberapa kemungkinan, yaitu :
a) Karena item informasi (berupa pengetahuan, tanggapan, kesan dan sebagainya) yang diterima siswa kurang menyenangkan, sehingga ia dengan sengaja menekannya hingga ke alam ketidaksadaran.
b) Karena item informasi yang baru secara otomatis menekankan item informasiyang telah ada, jadi sama dengan fenomena retroaktif.
c) Karena item informasi yang akan direproduksi (diingat kembali) itu tertekan ke alam bawah sadar dengan sendirinya lantaran tidak pernah dipergunakan.
Ketiga, lupa dapat terjadi pada siswa karena perubahan situasi lingkungan antara waktu belajar dengan waktu mengingat kembali (Anderson, 1990). Jika seorang siswa hanya mengenal atau mempelajari hewan jerapah atau kuda nil lewat gambar-gambar yang ada di sekolah misalnya, maka kemungkinan ia akan lupa menyebut nama hewan-hewan tadi ketika melihatnya di kebun binatang.
Keempat, lupa dapat terjadi karena perubahan sikpa dan minat siswa terhadap proses dan situasi belajar tertentu. Jadi, meskipun seorang siswa telah mengikuti proses belajar mengajar dengan tekun dan serius, tetapi karena sesuatu hal sikap dan minat siswa tersebut menjadi sebaliknya (seperti karena ketidaksenangan kepada guru), maka materi pelajaran itu akan mudah terlupakan.
Kelima, menurut law of disuse (Hilgard dan Bower, 1975) bahwa lupa dapat terjadi karena materi pelajaran yang telah dikuasai tidak pernah digunakan atau dihafalkan siswa. Menurut asumsi sebagian ahli, materi yang diperlakukan demikian dengan sendirinya akan mauk ke alam bawah sadar atau mungkin juga bercampur aduk dengan materi pelajaran baru.
Keenam, lupa tentu saja dapat terjadi karena perubahan urat syaraf otak. Seorang siswa yang terserang penyakit tertentu seperti keracunan, kecanduan alkohol, dan gegar otak akan kehilangan ingatan atas item-item informasi yang ada dalam memori permanennya.
Meskipun penyebab lupa itu banyak aneka ragamnya, yang paling penting untuk diperhatikan oleh guru adalah faktor pertama yang meliputi gangguan proaktif dan retroaktif, karena didukung oleh hasil riset dan eksperimen. Mengenai faktor keenam, tentu saja semua orang maklum.
Kecuali gangguan proaktif dan retroaktif, ada satu lagi penemuan baru yang menyimpulkan bahwa lupa dapat dialami seorang siswa apabila item informasi yang ia serap rusak sebelum masuk ke memori permanennya. Item yang rusek (decay) itu tidak hilang dan tetap diproses oleh sistem memori siswa tadi, tetapi terlalu lemah untuk dipanggil kembali. Kerusakan item informasi tersebut mungkindisebabkan karena tenggang waktu (decay) antara saat diserapnya item informasi dengan saat proses pengkodeaan dan transformasi dalam memori jangka pendek siswa tersebut.

3. kiat mengurangi lupa dalam belajar
Kiat terbaik untuk mengurangi lupa adalah dengan cara meningkatkan daya ingat siswa. Banyak ragam kiat yang dapat dicoba siswa dalam meningkatkan daya ingatannya, antara lain menurut Barlow (1985), Reber ( 1988) dan Anderson (1990) adalah sebagai berikut :
a) Overlearning
Overlearning (belajar lebih) artinya upaya belajar yang melebihi batas penguasaan dasar atas materi pelajaran tertentu. Overlearning terjadi apabila respon atau reaksi tertentu muncul setelah siswa melakukan pembelajaran atas respon tersebut dengan cara di luar kebiasaan. Banyak contoh yang dapat dipakai untuk overlearning antara lain : pembacaan teks Pancasila pada setiap hari Senin dan Sabtu memungkinkan ingatan siswa terhadap P4 lebih kuat.
b) Extra study time
Extra study time (tambahan waktu belajar) ialah upaya penambahan alokasi waktu belajar atau penambahan frekuensi (kekerapan) aktivitas belajar. Penambahan alokasi waktu belajar materi tertentu berarti siswa menambah jam belajar, misalnya dari satu jam menjadi satu setengah jam. Penambahan frekuensi belajar berarti siswa meningkatkan kekerapan belajar materi tertentu, misalnya dari sekali sehari menjadi dua kali sehari. Kiat ini dipandang cukup strategis karena dapat melindungi memori dari kelupaan.
c) Mnemonic device
Mnemonic device (muslihat memori) yang sering juga hanya disebut mnemonic itu berarti kiat khusus yang dijadikan “alat pengait” mental untuk memasukkan item-item informasi ke dalam siswa akal siswa. Muslihat mnemonik ini banyak ragamnya, tetapi yang paling menonjol adalah sebagaimana terurai di bawah ini.
o Rima (Rhyme), yakni sajak yang dibuat sedemikian rupa yang isinya terdiri atas kata dan istilah yang harus diingat siswa. Sajak ini akan lebih baik pengaruhnya apabila diberi not-not sehingga dapat dinyanyikan. Nyanyian anak-anak TK yang berisi pesan-pesan moral dapat diambil sebagai contoh penyusunan rima mnemonik.
o Singkatan, yakni terdiri atas huruf-huruf awal nama atau istilah yang harus diingat siswa. Contoh : jika seorang siswa hendak mempermudah mengingat warna-warna pelangi - mejikuhibiniu
o Sistem kata pasak (peg word system), yakni sejenis teknik mnemonik yang menggunakan komponen-komponen yang sebelumnya telah dikuasai sebagai pasak (paku) pengait memori baru. Kata komponen pasak ini dibentuk berpasangan seperti merah-saga, panas-api. Kata-kata ini berguna untuk menginat kata dan istilah yang memiliki watak yang sama seperti darah, lipstik; pemasangan langit dan bumi; neraka, dan kata/istilah lain yang memiliki kesamaan watak (warna, rasa dan seterusnya).
o Metode losai (Method of Loci), yaitu kiat mnemonik yang menggunakan tempat-tempat khusus dan terkenal sebagai sarana penempatan kata dan istilah tertentu yang harus diingat siswa. Kata “loci” sendiri adalah jamak dari “locus” artinya tempat. Dalam hal ini, nama-nama kota, jalan gedung terkenal dapat dipakai untuk menempatkan kata dan istilah yang kurang relevan dalam arti memiliki kemiripan ciri dan keadaan. Contoh : nama ibukota Amerika Serikat untuk mengingat nama presiden pertama negara itu (George Washington); dan gedung bundar untuk mengingat nama jaksa agung. Apabila guru memerlukan siswa menyebut nama-nama tadi, ia dapat menyuruh siswa tersebut
”bepergian” ke tempat-tempat tersebut.
o Sistem kata kunci (key word system), kiat mnemonic yang satu ini relatif tergolong baru dibanding dengan kiat-kiat mnemonic lainnya. Kita ini mula-mula dikembangkan pada tahun 1975 oleh dua orang pakar psikologi, Raugh dan Atkinson (Barlow, 1985). Sistem kata kunci biasanya direkayasa secara khusus untuk mempelajari kata dan istilah asing dan konon cukup efektif untuk pengajaran bahasa asing, Inggris misalnya. Sistem ini berbentuk daftar kata yang terdiri atas unsur-unsur sebagai berikut : 1) kata-kata asing; 2) kata-kata kunci, yakni kata-kata bahasa lokal yang paling kurang suku pertamanya memiliki suara/lafal yang mirip dengan kata yang dipalajari; 3) arti-arti kata asing tersebut.
Untuk memperjelas kiat mnemonik tadi, penyusun buatkan sebuah daftar contoh dalam tabel berikut ini :

Contoh Mnemonic Sistem Kata Kunci
Kata Inggris Kata Kunci Arti
Astute Astuti Cerdik, lihai
Butterfly Baterai Kupu-kupu
Challenge Celeng Tantangan
Domination Domino Penguasaan
Eyesight Aisyah Penglihatan
Fussy Fauzy Cerewet

d) Pengelompokkan
Maksud kiat pengelompokkan (clustering) ialah menata ulang item-item materi menjadi kelompok-kelompok kecil yang dianggap lebih logis dalam arti bahwa item-item tersebut memiliki signifikansi dan lafal yang sama atau sangat mirip. Penataan/pengelompokkan ini direkayasa sedemikian rupa dalam bentukdaftar-daftar item materi seperti :
o Daftar I terdiri atas nama-nama negara serumpun : Indonesia, Malaysia, Brunei dst
o Daftar II terdiri atas singkatan-singkatan lembaga-lembaga negara : MPR, DPR dst
o Daftar III terdiri atas singkatan-singkatan nama-nama badan internasional : WHO, ILO, dsb

e) Latihan terbagi
Lawan latihan terbagi (distributed practice) adalah latihan terkumpul (massed practice) yang sudah dianggap tidak efektif karena mendorong sisa melakukan cramming. Dalam latihan terbagi siswa melakukan latihan-latihan dengan alokasi waktu yang pendek dan dipisah-pisahkan di antara waktu-waktu istirahat. Upaya demikian dilakukan untuk menghindari cramming, yaitu belajar banyak materi secara tergesa-gesa dalam waktu yang singakt. Dalam melaksanakan distributed practice, siswa dapat menggunakan berbagai metode dan strategi belajar yang efisien.

f) Pengaruh letak bersambung
Untuk memperoleh efek positif dari pengaruh letak bersambung (the serial position effect), siswa dianjurkan menyusun daftar kata-kata (nama, istilah, dan sebagainya), diawali dan diakhiri dengan kata-kata yang harus diingat. Kata-kata yang harus diingat siswa tesebut sebaiknya ditulis dengan menggunakan huruf dan warna yang mencolok agar tampak sangat berbeda dari kata-kata yang lainnya yang tidak perlu diingat. Dengan demikian, kata yang ditulis pada awal dan akhir daftar tersebut memberi kesan tersendiri dan diharapkan melekat erat dalam subsistem akal permanen siswa.
TEKNIK BELAJAR

Teknik – teknik belajar mengacu pada perilaku dan proses berfikir yang digunakan oleh iswa yang mempengaruhi apa yang dipelajari. Apabila siswa dapat mengendalikan perilakunya dengan baik maka dia dapat menerapkan teknik – teknik belajar dengan baik sehingga diperoleh hasil belajar yang memuaskan.
JENIS – JENIS STRATEGI BELAJAR
Strategi beljar diberikan dengan tujuan untuk kefektifan pembelajaran, adapun strategi tersebut adalah :
A. Strategi Mengulang
Agar terjadi pembelajaran, pembelajar harus melakukan tindakan pada informasi baru tersebut dan menghubungkan informasi itu dengan pengetahuan awal. Strategi yang digunakan untuk proses pengkodean ini disebut strategi mengulang, yang terdiri dari jenis mengulang sederhana dan mengulang kompleks.
Mengulang adalah strategi yang mendasar, yaitu sekdar emngulang dengan keras atu dengan pelan informasi yang ingin kita hafal. Penyerapan bahan lebih kompleks memerlukan stratgei mengulang kompleks yang perlu melakukan upaya lebih jauh dari sekedar mengulang informasi, menggarisbawahi ide - ide kunci dan membuat catatan pinggir adalah dua strategi mengulang kompleks yang dapat diajarkan pada siswa untuk membantu mereka mengingat bahan ajar yang lebih kompleks.
B. Startegi elaborasi
Strategi elaborasi merupakan kategori strategi belajar kedua, elaborasi adalah proses penambahan rincian sehingga informasi baru akan lebih bermakna, oleh karena itu membuat pengkodean lebih mudah dan lebih memberikan kepastian, strategi ini membantu pemindahan informasi baru dari memori jangka pendek ke memori jangka panjang dengan menciptakan gabungan dan hubungan antara informasi baru dan apa yang telah diketahui, strategi ini menggunakan skemata yang telah ada di otak untuk membuat informasi baru mudah diingtaatau dipeljari, strategi ini meliputi :
1. Pembuat catatan
Kiewra (1989) telah menerangkan penggunaan pembuat catatan secara natriks sebagai suatu cara pengelaborasian dan pembuatan perbandingan untuk informasi kompleks.
2. Pengggunaan Analogi
Analogi adalah perbandingan yang dibuat untuk menunjukkan kesamaan antara cirri – cirri pokok sesuatu benda atau ide.
3. PQ4R.
Menurut (Thomas & Robinson, 1972), Preview (membaca selintas cepat), Question (bertanya), Read (membaca), Reflect (refleksi), Recite (Tanya jawab sendiri) dan review (mengulang secara keseluruhan)

C. Strategi Organisasi
Strategi organisai dapat terdiri dari pengelompokkan ulang ide – ide atau istilah – istilah itu menjadi subjek yang lebih kecil, strategi ini meliputi :
1. Outlining
Dalam stretgei ini siswa belajar menghubungkan berbagai macam topik atau ide dengan beberapa ide utama.
2. Mapping
Mapping adalah pembuatan peta konsep dengan membuat suatu sajian visual atau suatu diagram tentang bagaimana ide penting atas suatu topik tertentu dihubungkan satu sama lain, (george posner dan alam rubinsky, 1985).
3. Mnemonis
Mnemonics membentuk satu strategi khusus dan secara teknis dapat iklsifikasikan sebagai salah satu strategi elaborasi atau organisasi, tujuannya untuk membantu ingatan sehingga dapat mengingat dengan seksama dan cermat, stretegi ini meliputi ;
1. Chunking atau pemotongan
Strategi ini digunakan karena memori kita terbatas terhadap hal – hal yangpanjang sehingga perlu kita ambi kata kunci utnuk kita masukkan dlam memori
2. Akronim
Pengambilan huruf yang mewakili dari suatu objek yang ingin kita hafal.
3. Kata berkait atau lingk word
Strategi ini mengajari siswa bagaimana menciptakan gambaran mental yang mengkaitkan suatu kata Inggris yang telah dikenal dengan kata bahasa asing yang belum dikenal.
D. Strategi Metakognitif
Strategi ini adalah menghubungkan cara berfikir siswa itu sendiri, strategi ini meliputi :
PQRST, Preview (mengimbas tajuk – tajuk penting), Question (menyoal), read (membaca), Self-Recitation (Menyebut satu persatu), Test (Ujian).
QUANTUM LEARNING
Adalah seperangkat metode dan falsafah belajar yang terbukti efektif untuk semua umur. (quantum learning mencakup semua aspek – aspek penting dalam program neurolinguistik (NLP), manfaat quantum learning yaitu adanya suatu sikap positif, Motivasi, keterampilan belajar seumur hidup, Kepercayaan diri, Sukses.
Hal – hal yang mecakup quantum lerning adalah : Menciptakan minat untuk memberikan motivasi pada diri sesorang demi mecapai tujuannya, merayakan selesainya tugas atau pekerjaanhal ini akan memberikan ; keberhasilan, kesempurnaan, kepercayaan diri dan motivasi untuk tugas selanjutnya, mecipptakan lingkungan kerja yang optimal baik fisik maupun mental.

Cara belajar seseorang adalah kombinasi dari bagaimana dia menyerap (modalitas itu, mengholah dan mengatur informasi., modalitas beljar meliputi :
1. Visual, yaitu dengan melihat cirinya, belajar teratur dan rapi, berbicara cepat, perencana pengatur jangka panjang, teliti, mementingkan penampilan, pekerja yangbaik, mengngiat daripada mendegngar, mengingat dengan assosiasi visual, lebih suka membaca, membutuhkan panadgan dan tujuan, mencoret – coret tanpa arti slema berbicara di telepon, menjawab pertanyaan dengan singkat, lebih suka demonstrasi, lebih suka seni daripada musik,
2. Auditorial, cirinya adalah : berbicara pada diri sendiri, mudah terganggu pada keributan, menggerakkan bibir ketika membaca, membaca dengan keras, dapat mengualngi kembali suara, merasa sulit menulis tapi suka berbicara, berbicara yang berpola,, pembicara yang fasih,
3. Kinestetik, cirinya : bicara perlahan, menanggapi perhatian fisik, menyentuh orang untuk mendapatkan perhatian, berdiri mendekat dengan lawan bicara, selalu berorientasi paa fisik, banyak menggunakan isyrat tubuh.
4. Teknik mencatat tingkat tinggi, melipuiti :
a. Pencatatan
b. Peta pikiran